MAENPO BADEWA


MAENPO BADEWA


         “Maenpo Badewa” merupakan seni bela diri khas Jawa Barat yang berasal dari Bandung, tepatnya didaerah Cicadas yang lahir pada tahun 2001 namun diresmikan pada tahun 2014 yang didirikan oleh bapa Agus Sugenar yang sekaligus sebagai ketua di “Maenpo Badewa” ini. Lalu ada kang Ayi, dan kang Mamat Mansur. “Maenpo Badewa” memiliki karakteristik yang unik karena mempunyai sifat yang dominan menyerang. Dalam pengajarannya sama sekali tidak ada unsur tangkisan karena dirancang untuk keperluan fighting atau keperluan real fighting atau pertarungan yang sebenarnya dalam menyelesaikan pertarungan sesingkat mungkin dengan mengandalkan teknik kejutan, tipuan, kecepatan, kekuatan, pukulan dan kepekaan “Rasa”. Dalam “Maenpo Badewa” tidak ada batasan dalam setiap gerak dan aplikasi nya kecuali yang keluar dari pada unsur gerak pencak. Sehingga cenderung menyerang langsung pada titik-titik rawan kelemahan manusia.




           Pada saat ini “Maenpo Badewa” semakin eksis dikalangan masyarakat luar bahkan sudah tersebar dibeberapa kota seperti, Garut, Tasik, Sumedang, Padalarang, Cimahi, dan Bandung. Bahkan sudah tersebar di beberapa sekolah. Terhitung murid yang berlatih “Maenpo Badewa” ini ada 700 orang dan belum termasuk pada siswa-siswa di tiap sekolah. “Maenpo Badewa” ini sudah banyak menyelenggarakan pasanggiri dan festival yang membuat semakin dikenal dikalangan masyarakat.


          Musik pada iringan Maenpo Badewa ini adalah “Tembang Sunda Cianjuran”. Terdapat pola-pola yang dapat menyatukan gerak dengan musik ini. Yaitu ada Bubuka, Eusi, Panutup pada tiap goongan dalam sajian musik “Tembang Sunda Cianjuran” ini. Hal ini menjadi keunikan tersendiri namun memiliki filosofi yang sangat tinggi juga. Mengapa demikian ? jadi, sebelum didirikan nya “Maenpo Badewa” yang didirikan oleh bapa Agus Sugendi ini, telah didirikan “Maenpo Sakarima” yang didirikan oleh ayah dari bapa Agus Sugenar sendiri yaitu, bapa Yaya Sugenar (alm)  pada tahun 1970. Dan di pada masa nya, seni beladiri ini bersifat kasar sehingga murid-murid nya pun hanya orang dewasa saja yang diperbolehkan untuk mengikuti bela diri ini. Lalu untuk memperhalus seni bela diri ini adalah dengan cara penambahan musik iringan dengan “Tembang Sunda Cianjuran” pada tahun 1975 oleh tokoh-tokoh “Tembang Sunda Cianjuran” yaitu bapa Uking Sukri (alm), bapa Burhan (alm), bu Euis Komariah (almh) serta dari “Maenpo” nya itu sendiri adalah bapa Yaya Sugedar (alm) pendiri “Maenpo Sakarima” sehingga seni bela diri ini dapat diterima juga oleh berbagai kalangan masyarakat.

        
    Dalam bela diri ini, “Maenpo Badewa” hanya memliki 9 jurus. Namun disini dapat menghasilkan pengembangan gerak yang sangat luas dari satu jurus pun. Bela diri ini sangat diperlukan penjiwaan dan perasaan yang serius agar dapat mengembangkan gerak dari satu jurus tersebut. Sehingga ini tidak terpatok oleh suatu gerakan saja, karena dapat dikembangkan sesuai momentum keadaan tersebut. Dan bela diri ini pun memliki unsur dialog dengan penonton, yang dapat membawa jiwa penonton itu sendiri yang membawa ke dalam suasana sehingga bela diri ini pun semakin menarik, dengan ekspresi wajah dan tubuh yang sangat menjiwai. Bahkan ada juga unsur hipnotis dalam bela diri ini jika diikuti secara serius dan fokus. Namun yang menjadi hal terpenting dalam beladiri ini adalah dari unsur pernapasan, penjiwaan dan rasa.


Penulis : Azhar Agni Nugraha
NIM      : 18123120

Sumber : Bapa Agus Sugenar (Ketua Maenpo Badewa)
Sumber foto : instagram maenpo badewa official

Comments

Popular posts from this blog

KAWIH WANDA ANYAR

KESENIAN BEROKAN

Helaran: KESENIAN REAK DOGDOG CINUNUK