DOMYAK: RITUAL KHAS PURWAKARTA
KESENIAN
DOMYAK
RITUAL
KHAS PURWAKARTA
Seni Domyak merupakan
kesenian yang erat kaitannya dengan kegiatan ritual. Seni Domyak yang bernuansa
ritual ini dilakukan dengan beberapa persyaratan. Persyaratan ini tentunya
dipercaya dapat menghubungkan antara manusia dengan roh leluhurnya.
Gambar 1. Salah satu bagian dari ritual domyak
Pada saat ini, seni Domyak
masih tetap tumbuh dan berkembang sesuai dengan kebutuhan masyarakat sekitar.
Walaupun demikian perkembangan seni Domyak ini lebih bersifat hiburan akan
tetapi identitas budaya ritual di dalam kesenian ini masih tetap terjaga.
Seni Domyak lahir pada tahun 1920, yang pada awalnya sebagai
upacara ritual meminta hujan, karena dahulu di Desa Pasir Angin Kecamatan
Darangdan Kabupaten Purwakarta pernah mengalami kemarau panjang selama 9 bulan
sehingga sawah serta ladang masyarakat setempat menjadi kering. Seni Domyak di
Desa Pasir Angin Kecamatan Darangdan Kabupaten Purwakarta telah mengalami alih
fungsi dari awal untuk sarana ritual menjadi sarana presentasi estetis. Dengan
adanya alih fungsi menjadi sarana presentasi estetis, maka sudah tentu
pertunjukan seni Domyak dibuat dan ditata berdasarkan konsep estetis karena
karya yang dibuat akan dipertunjukan sehingga harus dikemas sesuai dengan
kebutuhan tetapi tidak mengubah nilai-nilai ritual yang terkandung didalamnya.
Struktur penyajian seni Domyak diawali dengan persiapan,
dilanjutkan dengan gending tatalu atau musik pembuka untuk mengundang
penonton, dilanjutkan dengan ngado’a dan ditutup dengan hiburan berbagai macam
kesenian.
A. Asal
usul kesenian domyak
Domyak ini berasal dari kata ngadogdogan bari ngarampayak
yang artinya mengiringi dengan tetabuhan terhadap mereka yang menari dan
memberikan hiburan. Eman sebagai pimpinan grup Domyak menuturkan bahwa kesenian
ini sudah ada sejak 1927.Tujuan dari Domyak ini yakni sebagai ritual memohon
hujan kepada Sang Maha Kuasa hal ini sejalan dengan tipologi masyarakat yang
mata pencahariannya di perkebunan teh, sayuran dan palawija konon karena hal
tersebut mereka memiliki seni Angklung Buncis yang sekarang lebih dikenal
dengan Domyak dan konon di daerah Pasir Angin pernah terjadi kemarau
berkepanjangan, maka masyarakat setempat mengadakan sebuah ritual memohon
diturunkan hujan dengan menggunakan kesenian buncis yang saat ini menjadi
Domyak.
Gambar 2. Arak-arakan
Pada saat ini Domyak masih
tumbuh dan berkembang di masyarakat Desa Pasir Angin, namun dengan seiring
perkembangan Domyak tidak hanya sebagai ritual melainkan sebagai hiburan namun
tidak menghilangkan sisi ritual dari Domyak itu sendiri sebagai identitas
kesenianya. Perihal eksistensi kesenian Domyak, Eman menuturkan belum terlihat
ketertarikan dan apresiasi generasi muda terhadap kesenian Domyak, padahal
Domyak adalah kesenian buhun daerahnya sendiri yang harus dilestarikan. Pada
saat ini Eman menjadi salah satu tokoh yang melestarikan Domyak ini melalui
komunitas yang dibentuknya, yaitu Sinar Pusaka dan Pusaka Muda.
Gambar 3. Grup Pusaka Muda
Adapun alat musik yang
digunakan sebagai pengiring domyak diantaranya bedug, angklung buncis, kenong,
dogdog, ketuk, kecrek, terompet, goong, kendang, dan. didalam kesenian ini juga
terdapat sinden dan penari sebagai pelengkap kesenian ini.
Didalam
kesenian domyak ini terdapat susunan acara, diantaranya:
·
Arak-arakan
menuju sumber mata air
·
Sandak-sunduk
(menyiapkan sesajen)
·
Memandikan
kucing
·
Bebelokan
·
Seseroan
atau babagongan
Pada awalnya kesenian domyak digunakan oleh masyarakat desa
pasir angin sebagai proses ritual untuk pamapag hujan (meminta hujan). Seiring
berjalannya waktu, kesenian domyak juga
berkembang menjadi hiburan masyarakat .
Penulis : Ridwansyah Taufik
NIM : 18123092
SUMBER
Repository.upi.edu/penyajian seni domyak pada grup sinar
pusaka muda kabupaten purwakarta.
Rina arifa, 2013.
Sumber foto
Comments
Post a Comment