TEMBANG SUNDA CIANJURAN
TEMBANG SUNDA CIANJURAN
Gambar 1. Perkumpulan Tembang Sunda Timbanganten
Tembang
sunda cianjuran adalah seni suara sunda yang menggunakan
seperangkat instrument musik pengiring lagu yang terdiri atas kacapi
indung,kacapi rincik, suling, dan atau rebab. Berdasarkan kajian Enip
Sukanda, Moh.Kosasih Atmadinata, dan Dadang Sulaeman (1977:3)
Proses penciptaan tembang sunda
cianjuran mencapai puncaknya pada 1840-an. Pada waktu itu, yang menjadi bupati
di Cianjur adalah R.A.A.Kusumaningrat atau lebih dikenal dengan sebutan dalem
pancaniti yang memerintah pada 1834-1864.
Gambar
2. Pagelaran Cianjur setelah kemerdekaan Indonesia
Tembang sunda cianjuran merupakan
salah satu jenis kesenian yang termasuk seni sunda ’klasik’. Sifat keklasikan
tembang sunda cianjuran sangat Nampak dari bentuknya sebagai produk musik
tradisi sunda,pada masa lampau, yang sangat khas apabila dibandingkan seni
suara sunda lainnya. Hal tersebut, berdasarkan analisis musikal dari rekaman
tembang sunda cianjuran pada 1897,1905,1920-an,dan 1960-an sangat tampak adanya
perubahan. Apabila dibandingkan dengan beberapa seni tradisi sejenis seperti
cigawiran, ciawian, dan pager ageungan, ornament dalam tembang sunda cianjuran
tampak lebih kompleks. Yang membedakan tembang sunda cianjuran dengan tembang lainnya
adalah iringannya.
Membicarakan latar belakang
kelahiran tembang sunda cianjuran salahasatunya akan sangat berkaitan
dengankebijakan pemerintah pada masa kolonialisme belanda. Pada abad ke 19,
Pemerintahan india semakin menyatukan
kekuasaannya dengan Belanda di Nusantara yaitu pemerintahan tanam
paksa. Yang membuat kekuasaan bupati menurun secara drastis sehingga mereka yang
tadinya hidup bagaikan raja raja kecil, harus mengubah gaya hidupnya sesuai
dengan pendapatan yang mereka peroleh dari gaji. Untuk mengobati
kekecewaannya itu, mereka mengatasinya dengan berbagai aktifitas yang tidak
terkait langsung dengan tugasnya antara lain berburu, lalayaran, dan
berkesenian. Salah satunya bupati Cianjur R.A.A Kusumaningrat, beliau beraktifitas
dengan membuat sebuah karya seni yang dinamai seni mamaos yang cikal bakal
tembang sunda cianjuran yang dibantu oleh para seniman padaleman.terlepas dari
adanya pemerintah Hindia yang berpengaruh terhadap kedudukan bupati,begitu pula
yang berkaitan dengan lahirnya tembang sunda cianjuran. Atas kesadaran
kreatifitas yang bertujuan untuk mengumpulkan para seniman seni sunda untuk
membantu menerapkan ide gagasan yang akan diwujudkan. Seniman tersebut ,terdiri
atas seniman menak dan seniman dari kalangan rakyat biasa.
Gambar 3. Latihan Nembang
Jenis jenis (wanda) tembang sunda
cianjuran. Dalam seni tembang cianjuran memiliki karakter yang berbeda beda sesuai dengan karakter seni
asalnya. Dalam seni sunda mamaos tidak dikenal istilah wanda karena lagu-lagunya
terdiri dari tiga kelompok yaitu: pajajaran (seni pantun sunda, lagu jenis
kelompok dari lagu rancag buhun, jenis kelompok degung yang mengadopsi lagu
gamelan degung.
Gambar 4.
Pagelaran Tembang Sunda Tahun 1920-an
Bentuk pertunjukan tembang sunda
cianjuran adalah sebuah penyajian musik yang terdiri dari vokal dan instrument
dalam bawakan lagu-lagunya.para seniman yang berperan untukmenyajikan disebut
penembang atau juru mamaos, yang terdiri dari wanita dan pria . Kemudian seniman
seniman tembang sunda cianjuran yang berperan dalam mengiringi lagu lagu
disebut juru pirig atau pamirig yang disajikan
umumnya sambil duduk. Adapun teknik pertunjukan tembang sunda cianjuran
disajikan diatas panggung yang berbentuk proscenium sehingga berhadap hadapan
antara penyaji dengan penonton. Tata pentas seni pertunjukan tembang sunda
cianjuran umumnya tidak mempunyai bentuk yang pasti,namun untuk kebutuhan
artistik,property untuk mendukung suasana pertunjukan. Yang paling penting
dalam pertunjukan tembang sunda cianjuran adalah sound system yaitu media yang
mengatur keras dan memperlemah volume
suara yang disesuaikan oleh musikalitas lagunya.setiap seni pertunjukan
berbagai jenis kesenian didalamnya terdapat struktur pertunjukan antara lain :
bagian awal(bubuka), bagian tengah,dan bagian akhir.
Gambar
5. Siti Rokayah dan Grupnya sedang Melantunkan Tembang Sunda Cianjuran
Sumber tulisan dan foto : Buku tembang sunda cianjuran, karya Dr. Moh Yusuf Wiradiredja (1834-2009)
Comments
Post a Comment