ANGKLUNG BUNCIS
ANGKLUNG
BUNCIS
Foto 1. Angklung buncis SMAN Negeri 24 Bandung dalam peringatan KAA Ke 58 (Cijambe/Ujungberung)
Angklung
adalah alat musik tradisional yang terbuat dari bambu. Angklung diperkirakan
telah tumbuh dan berkembang di Indonesia jauh sebelum masuknya Agama Hindu ke
Indonesia. Melihat dari fakta sejarah berupa tulisan pada prasasti di daerah
Sukabumi, Jawa Barat tahun 1903, dijelaskan bahwa ada beberapa pertimbangan
pendapat mengenai asal mula seni Angklung, yang berakar dari budaya masyarakat
Sunda di Tanah Pasundan (tanah tempat hidup orang – orang Sunda; lebih kurang
wilayah Jawa Barat dan Banten sekarang). Hal tersebut merujuk pada bukti budaya
bahwa penyebaran kesenian angklung lebih merata di wilayah Tatar Pasundan.
Meskipun pada kenyataannya, dibeberapa wilayah diluar tatar pasundan, alat
musik sejenis dapat ditemukan dalam beberapa tradisi masyarakatnya, seperti di
masyarakat Ponorogo, Masyarakat Bali, Madura dan Kalimantan Barat.
Alat
musik tradisional Sunda seperti angklung, pada awal mulanya memiliki fungsi
sebagai alat musik pengiring dalam upacara ataupun ritual yang dilakukan oleh
orang Sunda buhun. Biasanya ritual yang diadakan berkaitan dengan pertanian
yang merupakan bentuk rasa syukur dan penghormatan terhadap Dewi Sri atau Dewi
Padi. Upacara persembahan dan penghormatan kepada Dewi Sri merupakan bentuk
dari kepercayaan masyarakat Sunda kuno, yang masih terjaga hingga saat ini.
Karena sebagian besar masyarakat Sunda kuno pada saat itu, menganut sistem
kepercayaan Sunda Wiwitan (Agama Sunda). Kepercayaan leluhur ini merupakan
agama sinkritisme dari agama Hindu, Budha, Animisme, dan Taoisme, yang bersifat
monotheisme, sebab yang disembahnya adalah Sang Hyang atau Hyang Tunggal atau
disebut juga Batara Jeda Niskala yang hak dan wujud, dengan tujuan penganutnya “Manggihkon
Hiyang tanpa balik dewa” artinya bertemu dengan hiyang bukan dengan dewa. Meski
demikian, kepercayaan Sunda wiwitan ini tidak mengenal cara – cara pemujaan
terhadap makam atau candi, seperti dalam kebudayaan Hindu.
Pada
masa kini, angklung tidak hanya sebatas digunakan dalam upacara atau ritual
adat saja. Akan tetapi, angklung pada masa ini telah berkembang dan
bertransformasi mengikuti jaman sehingga dapat dimainkan diberbagai acara
misalnya teater, orkestra, pertunjukan seni, acara pesta khitanan,
perkawinan,dan arak – arakan, tergantung dari jenis angklungnya.9 Angklung
sendiri banyak jenisnya, yaitu :
1. Angklung Kanekes
2. Angklung Dogdog
lojor
3. Angklung Badeng
4. Angklung Badud
5. Angklung Buncis
6. Angklung Bungko
7. Angklung Gubrag
8. Angklung Pa Daeng
(Angklung Sunda – Indonesia)
ANGKLUNG BUNCIS
Foto 2. Kesenian Angklung Buncis sebagai salah satu ekskul di SMAN Negeri 24 Bandung (Cijambe/ujungberung)
Angklung
Buncis merupakan seni pertunjukan yang bersifat hiburan, di antaranya terdapat
di Baros (Arjasari, Bandung). Pada mulanya buncis digunakan pada acara-acara
pertanian yang berhubungan dengan padi. Tetapi pada masa sekarang buncis
digunakan sebagai seni hiburan. Hal ini berhubungan dengan semakin berubahnya
pandangan masyarakat yang mulai kurang mengindahkan halhal berbau kepercayaan
lama. Tahun 1940-an dapat dianggap sebagai berakhirnya fungsi ritual buncis
dalam penghormatan padi, karena sejak itu buncis berubah menjadi pertunjukan
hiburan. Sejalan dengan itu tempat tempat penyimpanan padi pun (leuit;
lumbung) mulai menghilang dari rumah-rumah penduduk, diganti dengan
tempat-tempat karung yang lebih praktis, dan mudah dibawa ke mana-mana. Padi
pun sekarang banyak yang langsung dijual, tidak disimpan di lumbung. Dengan
demikian kesenian buncis yang tadinya digunakan untuk acara-acara ngunjal
(membawa padi) tidak diperlukan lagi.
Nama kesenian buncis
berkaitan dengan sebuah teks lagu yang terkenal di kalangan rakyat, yaitu
"cis kacang buncis nyengcle ... ", dst. Teks tersebut terdapat dalam
kesenian buncis, sehingga kesenian ini dinamakan buncis.
INSTRUMEN
Foto 3. Kesenian Angklung Buncis
Instrumen yang
digunakan dalam kesenian buncis adalah 2 angklung indung, 2 angklung ambrug,
angklung panempas, 2 angklung pancer, 1 angklung enclok. Kemudian 3 buah
dogdog, terdiri dari 1 talingtit, panembal, dan badublag. Dalam perkembangannya
kemudian ditambah dengan tarompet, kecrek, dan goong. Angklung buncis berlaras
salendro dengan lagu vokal bisa berlaras madenda atau degung. Dalam
pertunjukan angklung buncis sendiri, biasanya di iringi dengan penari yang ikut
meramaikan pertunjukan. Biasanya selain menari, para penari di sela-sela
pertunjukan seringkali mengajak para penonton untuk menari bersama dengan cara
menarik penonton menggunakan selendang yang dipakai para penari sebagai
aksesoris.
Foto 4. Penari mengajak penonton menari bersama
Penulis : Triandani Adi Wibawa
NIM : 18123108
digilib.uinsgd.ac.id/14788/4/4_BAB%201.pdf
Sumber Foto : Google.com/AngklungBuncisSMAN24Bandung
Comments
Post a Comment